Minggu, 16 Oktober 2011

Permata Green Residence - Pamulang Raya


Permata Green Residence  (PGR)


Hunian Perumahan asri yang sejuk dengan nuansa alam
* 2 Tingkat + 1 Kamar Pembantu
* Unit Terbatas hanya 21 Unit.
* Dengan 5 Kavling Hoek dan 16 Unit Kavling

Harga mulai dari 360 Jt s/d 560 Jt-an Periode Bulan Agustus-Oktober.
Pesan sekarang juga sebelum harga naik

* Lokasi - Jln. Siliwangi Raya Gg.Lurah - Kel.Pd. Benda
   Kec. Pamulang - Kota Tangerang Selatan 15416
* Hanya 30 Meter Dari Jalan Raya
* Dekat Dengan Akses Pintu Tol Serpong.


* Hunian Berada di Pusat Kota Tangerang Selatan
* Dekat dengan Carrefour Gudang Rabat - Giant -  Super Indo - Pamulang Square - BSD
* Dekat Dengan Fasilitas Pendidikan
* Akses kendaraan umum (angkot) 24 jam
* Dekat Dengan Rumah Sakit Permata Pamulang dan RS. Buah Hati
* Pilihan Rumah Menghadap 4 arah mata angin (Utara-Selatan-Timur-Barat)

Untuk nformasi lebih lanjut silahkan hubungi kami di:

021 4178 5675 (David)

083 815 444 855 (Rama)

0856 9308 7788 (Dani)

Senin, 02 Agustus 2010

kubur diri

PENGGUSURAN
Aksi Kubur Diri Terus Berlanjut
Selasa, 3 Agustus 2010 | 10:56 WIB
LEO SUNU
Salah seorang warga Rawa Kebo, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, pada Selasa (3/8/2010) tengah menguburkan dirinya menolak rencana penggusuran lahan yang ditempatinya,

JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi kubur diri yang dilakukan warga Jalan Rawasari Selatan, Rawa Kebo, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, kembali berlanjut pada Selasa (3/8/2010). Empat orang warga, yakni Salmah, Juju, Diatmosuminto, dan Untung kembali mengubur dirinya di lubang sedalam sekitar 1 meter.

Aksi empat warga ini merupakan aksi lanjutan setelah sebelumnya pada Senin (2/8/2010) kemarin mereka juga melakukan aksi serupa. Mereka menolak rencana penggusuran Pemprov DKI Jakarta atas tanah seluas sekitar 1.300 meter persegi yang kini mereka tempati.

Keempatnya memulai kembali aksi ini mulai sekitar pukul 08.00. Dengan dibantu oleh warga lainnya, mereka menggali ulang lubang kubur yang sempat ditutup. "Pokoknya kita minta kemanusiaannya kepada Pemerintah," ucap Salmah saat ditanya tujuan aksi tersebut.

Salmah mengaku akan terus bertahan sekuatnya hingga ada tanggapan dari Pemprov DKI Jakarta terkait lahan yang kini ditempatinya bersama sekitar 33 kepala keluarga lainnya. Wanita paruh baya ini tetap menolak jika lahan tersebut diambil alih Pemprov DKI Jakarta. "Ya, kita bertahan aja sekuatnya. Selama-lamanya kita mampu kita tetep di sini," kata dia.

Salmah dan empat orang lainnya itu kemudian bertahan di dalam urugan tanah tanpa bisa banyak bergerak. Tampak terlihat hanya kepala mereka saja yang menyembul di atas tanah.

tawuran melulu

Panjang Nian Musim Tawuran Kali Ini
Selasa, 3 Agustus 2010 | 10:51 WIB
TRIBUN TIMUR/ABBAS SANDJI
Kelompok mahasiswa Unhas terlibat tawuran, Selasa (25/5/2010). Tidak ada informasi pasti penyebab tawuran tersebut.

Musim durian telah jauh pergi, begitu juga mangga, musim rambutan baru tiba sekira dua bulan lagi, satu-satunya musim yang panjang usianya di negeri ini ternyata tawuran.

Kenangkanlah, sejak membuka tahun 2010 di bulan Januari, udara kita telah dipenuhi berbagai huru-hara. Pada Minggu (3/1) dini hari di Cirebon , dua kelompok pemuda berbeda kampung, yaitu Kampung Kesunean Utara dan Cangkol, yang sama-sama bermukim di Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, terlibat perkelahian massal.

Bulan Januari pun ditutup oleh tawuran para suporter kesebelasan yang berlaga pada Liga Indonesia. Mereka yang bergelut adalah Sesama suporter Persija, Persijap dengan Persija, Persija dengan Persib, belum lagi bonek yang bikin resah di sepanjang jalan yang mereka lalui.

Memasuki bulan Februari, tgl 17 tepatnya, tawuran mahasiswa pecah di kampus Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan. Dua kelompok yang bertikai berasal dari fakultas teknik dan fakultas peternakan.

Pada 6 maret tawuran antar pemuda terjadi di Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, yang menyebabkan satu orang tewas. Frederik Lusa Saba Neno, mahasiswa Universitas Kristen Kupang asal Belu yang menghuni asrama Bougenvile, di Kelapa Lima, tewas terpanah. Tanggal 12 Maret, dua kelompok pelajar perang batu di sepanjang Jalan Raya H. Edi Sukma, di Desa Pasirmuncang Kecamatan Caringin, Jumat siang. Tawuran pelajar ini mengakibatkan kemacetan di sepanjang jalan dari arah Ciawi hingga perbatasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi.

Seminggu kemudian, tawuran antar desa terjadi di Kabupaten Cirebon, Selasa (20/4) dinihari. Akibatnya sejumlah warga mengalami luka serta rumah mengalami rusak.

Sehari berikutnya, dua kelompok warga di Mataram, Nusatenggara Barat, Rabu (21/4) tawuran. Dua orang terluka. Warga Punia Sabe dan Punia Keteng saling lempar batu serta botol usai menonton hiburan dangdut.

Yang menyedihkan adalah saat anak-anak SD juga telah mempraktikan tauladan buruk dari para seniornya, belasan anak usia belasan tahun yang masih mengenakan seragam sekolah dasar terlibat tawuran di bawah fly over Jalan Latumenten, Jakarta Barat, Sabtu (22/5) siang. Mereka saling lempar batu. Belum diketahui masing-masing kelompok yang terlibat tawuran tersebut.

Bulan Mei akhir, suporter Persija Jakarta, Jakmania, terlibat tawuran dengan warga di sekitar Pejompongan, Jakarta Pusat. Mereka saling melempar batu.

Selain Jawa, Makassar rupanya menjadi wilayah langganan tawuran. Memasuki bulan Juni, tawuran antarmahasiswa satu kampus di Universitas Negeri Makassar, Selasa malam (15/6) menyebabkan dua korban terluka dan kritis di Rumah Sakit Polri Bhayagkara. Kedua korban itu adalah mahasiswa jurusan teknik otomotif, Dodo Rifaldi (20), warga Jalan Paopao, dan Suardi bin Amirudin, warga Jalan Muhjirin Nomor 23 Makassar.

Sebulan kemudian, tawuran antara kampung Kesunean Utara dan Cangkol Selatan Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon, Jawa Barat, kembali terjadi, Minggu (11/7/2010) dinihari.

Membuka bulan Agustus, Dua kelompok pemuda di Jalan H. Makadompit di depan Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, Ahad (1/8) dini hari, kembali tawuran. Empat pemuda terluka akibat terkena busur.Dua kelompok pemuda di Jalan H. Makadompit di depan Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, Ahad (1/8) dini hari, kembali tawuran. Empat pemuda terluka akibat terkena busur..

Sehari kemudian, gara-gara saling ejek antarpelajar memicu tawuran di sepanjang Jalan Kramat, dekat markas Kepolisian Sektor Jakarta Pusat, Senin (2/8). Puluhan pelajar dari dua Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) perang batu di tengah jalan. Akibatnya, lalu lintas dari arah Senen menuju Matraman macet total.

Musim tawuran kali ini memang panjang, sangat panjang dan sudah sampai pada titik mengerikan. Data BPS 2008 memaparkan: 2283 desa di Indonesia mengalami perkelahian massal, konsentrasinya di Jabar (270 desa), Jateng (262 desa), Papua (230 desa), NTT (165 desa) dan Jatim (176 desa). Belum lagi tawuran pelajar, mahasiswa, antar kampung.

Menurut seorang sosiolog asal Jerman, Emille Durkheim, tawuran termasuk perilaku menyimpang atau deviance. Faktor penyebab deviance sendiri beraneka ragam sehingga diperlukan analisis dengan perspektif sosiologi konflik untuk menemukan upaya rekonsiliasi yang mampu mengamodasi permasalahan tersebut.

Tapi rupanya teori Tuan Durkheim di atas memang rada kurang pas untuk negeri ini. Lihatlah, berapa kali rekonsiliasi terjadi di Papua, tapi nyatanya perang suku masih terjadi. Berapa puluh kali para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pelajar, guru, dikumpulkan untuk mengakurkan mereka yang bersengketa, toh tawuran masih saja terjadi.

Komitmen itulah saya kira yang jadi soal. Jika di Barat tempat Tuan Dur bermukim, semua orang menghormati komitmen, di negeri ini rasanya menganggap komitmen tak lebih dari obrolan ringan yang dengan gampang dilupakan.

Tentu ada soalnya mengapa kita amat mudah mengabaikan komitmen. Salah satu penyebabnya adalah suri tauladan yang kita dapatkan dari para tokoh yang juga menganggap remeh komitmen. Simaklah beberapa peristiwa, betapa komitmen untuk mengabdi kepada bangsa dan negara oleh para pejabat ternyata cuma omong kosong yang berujung pada banyaknya pejabat yang masuk bui karena kasus korupsi.

Belum lagi contoh buruk yang dipamerkan oleh para anggota dewan yang kerap berantem dan menjadi sajian khalayak di televisi. Belum lagi situasi lainnya, terutama ekonomi, yang amat mengimpit bangsa ini, yang membuat sebagian warga putus asa dibuatnya.

Untuk tawuran pelajar, mungkin saja anggapan yang menyatakan bahwa prosedur pendidikan di Indonesia berpengaruh terhadap koflik yang marak terjadi, benar adanya. Pendidikan di negeri ini cenderung memaksakan seorang pelajar untuk berpikir sesuai dengan kurikulum yang dibuat oleh pemerintah. Dan kurikulum cenderung mengeksploitasi kemampuan berpikir dari pelajar. Akibatnya para pelajar merasa dipenjara oleh fakta sosial pendidikan yang ada sehingga ingin melakukan hal yang menurut mereka di luar dari fakta sosial tersebut dan bersifat deviance.

Bukankah pendidikan sebenarnya hanyalah sekumpulan konsep dari rumus, teori, dan ujian? Tapi mengapa kita mempertaruhkan masa depan bangsa kita sedahsyat seperti sekarang ini? Pemerintah dengan pongah memaksakan kehendaknya untuk menyelenggarakan Ujian Nasional, yang di sebaliknya juga minta ampun banyaknya kecurangan yang terjadi.

Sambil berharap-harap cemas, moga-moga musim tawuran yang panjang ini cepat pergi. Entahlah siapa yang akan menggebahnya dari bangsa ini. Mungkin para seniman yang selama ini kerap mengharumkan nama bangsa--tapi sering pula diabaikan oleh negara--bisa mulai diberdayakan secara maksimal, setidaknya untuk meneduhkan hati dan pikiran bangsa ini. Atau..

Jodhi Yudono

Seleksi Calon Suami

Selasa, 3/8/2010 | 11:05 WIB

KOMPAS.com - Setiap hari, berjuta-juta orang mencari pasangan untuk mengalami rasa cinta yang istimewa. Mencintai seorang pria untuk kemudian melangkah ke jenjang pernikahan merupakan impian hampir setiap perempuan. Namun, tentunya kita juga tidak bisa sembarangan dalam menentukan seseorang yang akan menjadi pasangan. Boleh saja sih, asal-asalan, asal baik, asal mapan, asal tanggung jawab, dan lain-lain.

Karena Anda bukan peramal yang bisa melihat seseorang itu baik atau tidak, maka Anda perlu melakukan wawancara. Tentu saja, wawancara yang dilakukan berbeda dengan job interview atau wawancara kerja di perusahaan. Mengapa (Why), Siapa (Who), Apa (What), Kapan (When), dan Di mana (Where), proses interview calon suami dilakukan?

Mengapa (Why)?
Perempuan dan pria merupakan dua insan yang diciptakan dengan segala keunikan. John Gray (2005) mengungkapkan perbedaan pria dan perempuan layaknya Mars dan Venus. Nah, perbedaan-perbedaan antara Anda dan pasangan dapat dijembatani dengan proses saling mengenal melalui tahap interview. Wawancara tersebut dilakukan dengan tujuan:

- Menemukan nilai dan tujuan hidup pasangan
Pernikahan ibarat sebuah perahu layar yang dikemudikan oleh 2 orang. Perahu tidak akan sampai di tempat tujuan jika pengemudinya memiliki tujuan berbeda. Kedua orang ini harus memiliki nilai dan tujuan yang sama agar bahtera pernikahan dapat tiba di tujuan.

- Menemukan hal-hal yang unik
Pria sangat senang untuk diterima, dipercaya, dihargai dan dikagumi. Dengan menemukan hal-hal unik dari pasangan, maka Anda bias memberi pujian padanya di bidang-bidang yang menjadi kebanggaannya.

- Mengetahui siapa orang-orang di sekelilingnya
Dengan mengenal orang-orang di sekelilingnya, di antaranya keluarga, sahabat, dan teman-temannya, maka Anda dapat mengetahui pola interaksi dan pola pergaulan si dia. Anda juga bisa mengorek siapa dia sesungguhnya dari mereka.

Siapa (Who)?
Secara statistik jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan pria. Namun, tidak berarti semua pria yang Anda kenal perlu di-interview. Proses interview perlu dilakukan hanya kepada seseorang yang potensial menjadi suami. Potensial di sini bukan hanya materi, melainkan potensi untuk memberikan kebahagiaan lahir dan batin.

Apa (What)?
Layaknya sebuah interview pekerjaan, interview untuk calon suami pun berupa tanya jawab dengan tujuan saling mengenal pribadi pasangan. Pertanyaan-pertanyaan interview ditujukan untuk mengetahui filosofi hidup terkait dengan karier, keluarga, keuangan, dan visi hidupnya. Beberapa pertanyaan yang dapat menggambarkan filosofi hidupnya:
- Jika kamu memiliki uang sebesar 1 miliar rupiah, bagaimana kamu akan menggunakannya?
- Dalam 5 tahun ke depan, kira-kira kamu akan seperti apa, ya?
- Kalau karier aku lebih tinggi, bagaimana?

Kapan (When)?
Proses interview harus dilakukan secara santai dan terselubung agar pasangan tidak merasa sedang dihakimi. Jangan pernah membawa kertas dan pulpen untuk mencatat jawabannya. Apalagi meminta dia yang menuliskannya untuk Anda, ini bukan sedang tes kerja. Catat semua jawaban itu di dalam ingatan saja, untuk kemudian dijadikan pertimbangan untuk meneruskan atau menghentikan hubungan.

Di mana (Where)?

Proses interview sebaiknya dilakukan saat si dia dan Anda berada dalam aktivitas yang membuka banyak kesempatan baginya untuk mengemukakan pendapat. Beberapa tempat yang dapat memudahkan proses percakapan adalah toko buku, acara sosial, transportasi umum, dan klub olahraga. Tempat-tempat romantis seperti bioskop tidak akan membuka banyak potensi percakapan, begitu kata Margareth Kent dalam bukunya How to Marry the Man of Your Choice.

Hubungan cinta dapat berlangsung lama, kalau Anda dapat mempelajari, mencintai, dan mendukung orang yang Anda cintai dengan cara yang lebih baik. Proses interview ini merupakan salah satu cara bagi Anda untuk mengenal siapa dan apa di balik sosok pria yang akan menjadi calon pasangan Anda. Jadi, sudah dapat orang yang akan Anda interview?

(Fadliah Mirnawati/Majalah Chic)

Minggu, 18 Juli 2010

tabrakan kereta, 5o nyawa lewat

India
Kereta Tabrakan, 50 Tewas
Senin, 19 Juli 2010 | 10:07 WIB

NEW DELHI, KOMPAS.com Sedikitnya 50 orang tewas dan banyak orang lagi cedera saat sebuah kereta penumpang menabrak bagian belakang kereta penumpang lain yang sedang berhenti di negara bagian Benggala Barat, India, Senin (19/7/2010) pagi.

Menurut keterangan pihak kepolisian setempat, kereta ekspres Vananchal Bhagalpur-Ranchi, yang sedang berhenti di stasiun Sainthia, sekitar 200 kilometer dari kota Kolkata, ditabrak dari belakang oleh kereta ekspres Uttarbanga dengan tujuan Sealdah. Stasiun TV lokal menayangkan gambar petugas penolong sedang berusaha membawa korban cedera dari rongsokan kereta. Menurut laporan televisi, upaya pertolongan dimulai dua jam setelah tabrakan terjadi pada pukul 02.00 waktu setempat.

Menteri Perkeretaapian India Mamata Banerjee telah bergegas mengunjungi lokasi kecelakaan. Itu adalah kecelakaan kereta yang paling banyak merenggut korban jiwa di India sejak 28 Mei, saat sebuah kereta tergelincir dan ditabrak oleh kereta barang, juga di negara bagian Benggala Barat. Sebanyak 150 orang tewas dalam kecelakaan itu.

Media Indo-Asian News Service menyatakan, kereta ekspres Vananchal baru akan meninggalkan stasiun tersebut ketika kecelakaan terjadi. Penumpang yang cedera dibawa ke rumah sakit di Sainthia dan Suri, markas kabupaten Birbhum.

Senin, 28 Juni 2010

cerita unik

KOMPAS/AHMAD ARIF
Agus Budianto (38), tukang batu dari Bekonang, Sukoharjo, Jawa Tengah, bertualang sendirian dengan sepeda ontel dari rumahnya ke Malang, Jawa Timur, sejauh sekitar 300 kilometer, akhir bulan lalu. Hampir sebulan sekali dia bertualang ke luar kota dengan ontelnya.

Pembunuhan Masal oleh Makhluk Angkuh

Pembunuhan Masal oleh Makhluk Angkuh
Wahyu NH Al_Aly
| 29 Juni 2010 | 07:54
622
18
3 dari 6 Kompasianer menilai Inspiratif.


***METAMORFOSIS CINTA***

*** Metamorfosis Cinta ***

Setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik, dari dulu hingga kini, keangkuhan atau kesombongan senantiasa mengiringi langkah-langkah manusia, termasuk saya. Dimanapun berada, di langit ataukah di bumi; di istana, di kolong jembatan, di gereja, di masjid, di wihara, di klenteng, di pasar-pasar, di sekolahan, di tempat prostitusi, di tempat perjudian, di kantor-kantor, di rumah-rumah, selama ada manusia maka keangkuhan selalu mengikuti. Keangkuhan selamanya mengawasi dan mengancam manusia yang masih hidup, tidak peduli tua ataukah muda. Angkuh juga tidak peduli siapa yang dihadapannya, akankah orang tua atas anaknya, anak terhadap orang tuanya, bos menghadapi karyawannya, sebaliknya karyawan dengan bosnya, seorang ulama, pendeta, biksu, atau tokoh agama apapun atas umatnya. Sedetik pun keangkuhan tidak akan pernah istirahat. Keangkuhan selalu berusaha sebisa mungkin untuk merasuki manusia. Tatkala keangkuhan telah masuk di dalam diri manusia, maka dampak negatifnya muncul, baik yang tampak ataukah tidak. Dampak negatif itu pun beragam, dari yang hanya diterima oleh diri manusia yang dirasuki itu sendiri sampai orang lain, dari yang dirasakan oleh orang yang terbatas hingga orang dalam jumlah yang sangat banyak, dari yang diterima oleh kalangan manusia saja hingga semua yang ada di alam. Tiada seorang pun yang bisa terbebas dari iringan dan ancaman keangkuhan. Namun demikian, manusia memiliki akal dan hati untuk mendeteksi sampai mengetahui saat angkuh mulai merasuki dirinya. Di sinilah kemudian sisi kemanusiaannya diuji, apakah manusia memiliki keberanian untuk melawan dan mengeluarkan dari dirinya, ataukah justru membiarkan, dan terlebih lagi menikmati keangkuhan menggerakkan dirinya.

Apa itu angkuh?

Apabila melihat di kamus Thesaurus Bahasa Indonesia (PBDPN, 2008, hal. 23), angkuh memiliki banyak padanan kata, meskipun dari kata-kata yang sinonim tersebut juga ada yang memiliki pengertian yang cukup jauh. Di antara kata yang memiliki pengertian yang hampir serupa dengan kata angkuh adalah, sok, tinggi hati, sombong, takabbur. Kemudian menurut kamus bahasa Indonesia (PBDPN, hal. 72), angkuh memiliki pengertian suka memandang rendah terhadap yang lain. Namun demikian, pengertian tersebut apabila dimasukkan ke ranah aplikatif (dalam penerapannya), masih terasa sulit. Sehingga di sini sedikit diulas lebih mendalam pengertian angkuh dengan merujuk kamus bahasa Indonesia.

Apabila ditinjau dari pengertian kebahasaan di atas, angkuh merupakan ketidak adanya rasa hormat, rasa menghargai, rasa mengasihi, rasa menyayangi, terhadap yang lain, dan tidak adanya rasa kemanusiaan dan kealaman lainnya. Angkuh lebih menitik beratkan pada sisi-sisi (hal-hal) yang lebih kecil, temporar, terbatas, sempit, dan seterusnya.

Untuk memudahkan memahami tentang angkuh, di sini saya akan menjadikan angkuh sebagai “makhluk” yang berada di luar diri manusia, bukan yang berada di dalamnya. Maksud tersebut yaitu, agar lebih gampang bagaimana cara mendeteksi angkuh. Apabila ini diterima, dengan demikian ada dua objek yang dikaji yakni, angkuh dan manusia, dengan melihat keduanya sebagai makhluk.

Dengan demikian, di sini dilanjutkan dengan penjelasan angkuh itu makhluk apa. Angkuh merupakan makhluk yang tidak berbadan, dan angkuh bisa bergerak dengan cara “meminjam” badan manusia. Angkuh adalah makhluk yang membawa misi merusak yang terkait dengan ,manusia, baik perihal kemanusiaan ataukan kealaman. Sedikitpun, angkuh tidak ada kebaikan di dalam dirinya, melainkan merusak dan terus merusak.

Adapun manusia adalah makhluk yang tidak ada angkuh di dalam dirinya, maka manusia ketika melihat manusia yang lain, ia akan mengetahui dan menaruh sikap kemanusiaan mengingat atas dirinya sendiri, dan perbuatannya senantiasa mempertimbangkan konsekwensi-konsekwensinya terhadap yang melingkupi dirinya (baca: alam) terkait dengan di masanya maupun generasi manusia selanjutnya.

Akan tetapi, manusia tidak lagi menjadi dirinya, manakala “makhluk” angkuh merasuki dan menguasai diri manusia. Sehingga, perilakunya yang berasaskan kemanusiaan dan kealaman tertutup oleh angkuh, serta langkahnya pun disutradarai oleh “makhluk” angkuh. Dengan demikian, begitu manusia dimasuki makhluk angkuh dan menerima begitu saja, maka manusia itu bukan lagi sebagai manusia yang sebenarnya, melainkan ia telah menjadi angkuh yang berwujud manusia. Apabila “makhluk” angkuh semakin berkuasa atas diri manusia hingga menggerakkan tubuhnya (yang dirasuki) itu terasa (berdampak) ke wilayah luar, maka satu-satunya jalan agar dampak yang ditimbulkan itu tidak membesar adalah membunuh “makhluk” angkuh tersebut. Cara membunuh “makhluk” angkuh yang kekuasaannya mencapai itu, yaitu satu-satunya jalan dengan “membunuh” manusia yang sedang digerakkan (dikuasai) secara total olehnya itu.

Secara personal, orang yang dirasuki “makhluk” angkuh selama ini sering dicirikan dengan orang yang mukanya melengkung (baca: cuek), saat berjalan terlihat dadanya membusung, saat bicara terkesan intonasinya kurang umum (tidak lembut), dst. Secara umum, itu terkadang ada benarnya, akan tetapi sering juga dijumpai orang yang demikian sama sekali tidak terasuki “makhluk” angkuh, bahkan justru banyak orang yang terlihat santai dan sopan, namun “makhluk” angkuh menguasai penuh diri orang tersebut. Sekali lagi, angkuh secara lahir tidaklah terlihat, namun bukan berarti tidak dapat menampakkan, karena begitu secara dzahir mempertunjukkan, maka akan menimbulkan efek negatif baik bagi diri manusia yang dirasukinya maupun yang di sekitar pelaku itu.

Kategori angkuh?

Angkuh di sini dikategorikan menjadi dua yaitu, keangkuhan personal dan keangkuhan kolektif:

1. Keangkuhan Personal

Keangkuhan personal adalah keangkuhan yang ada pada diri seseorang, akan tetapi memiliki ekses keluar, baik yang terduga sebelumnya ataukah tidak. Keangkuhan personal, dalam tindakan keluar, bisa melalui cara yang spontanitas ataupun secara terukur.

2. Keangkuhan kolektif

Keangkuhan kolektif adalah keangkuhan yang masuk di “tubuh” suatu kelompok/golongan/institusi, melalui oknum (manusia) yang berada di dalam institusi tersebut. Dampak keangkuhan kolektif jauh lebih berbahaya dan lebih sulit ditanggulangi. Keangkuhan kolektif, bisa lahir karena: 1) adanya pengorganisiran keangkuhan personal sehingga terbentuk secara sadar dan disengaja akan institusi angkuh tersebut, 2) adanya kultur keangkuhan person pada suatu institusi yang notabene memiliki ADART yang baik, sehingga intitusi itu tidak berjalan selayaknya, melainkan dibuat-buat agar terlihat sah melegalkan kultur keangkuhan person yang menjalankan institusi itu, 3) adanya institusi yang memiliki ADART yang baik, namun terdapat oknum (keangkuhan personal) yang memiliki kewenangan lebih di dalamnya, sehingga institusi itu tidak berjalan semestinya.

Dampak-dampaknya:

1. Dampak keangkuhan personal

“Makhluk” angkuh menyerang sangat cepat, dan apabila tidak pandai mengendalikan diri, “makhluk” angkuh tersebut dengan mudah menguasai diri seseorang, hingga orang tersebut kehilangan kesadarannya atas dirinya sendiri, sehingga menjadikan dirinya orang yang dungu. Akibat dari kedunguan ini adalah, tidak menerimanya diri atas kebenaran yang sedang didepannya, dan lebih memilih apa yang menjadi pilihan “makhluk” angkuh. Dengan adanya dampak pribadi yang demikian, tentu akan menimbulkan dampak keluar, baik terhadap manusia, hewan, tumbuhan, atau alam. Untuk lebih jelasnya, dampak dari angkuh, di sini diklasifikasikan menjadi tiga yakni:

* Angkuh membakar diri seseorang yang dikuasainya.

Orang yang dalam dirinya dikuasai “makhluk” angkuh, maka dia tidak akan mampu melihat kenyataan yang sebenarnya. Dia tidak dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Seandainya dia bisa mengenali sebuah kebenaran dan sebuah kesalahan, tapi dia tidak memiliki kekuatan untuk mengambil yang benar. Dia lebih memilih yang salah, karena kuatnya angkuh mendominasi dalam dirinya, sehingga membawa perasaan gengsi, malu yang berlebihan atau ketakutan yang tidak bisa dinalar atas perasaan minder dan kekhawatiran terjatuh pada hal-hal yang dikiranya merusak citranya, dan seterusnya. Akibatnya, potensi akalnya tidak dihiraukan.

Misalnya: 1). Merasa sudah cukup dengan apa yang dimiliki, sehingga tidak lagi berbuat untuk mencarinya lagi, akibatnya orang tersebut tidak mampu membantu orang lain yang membutuhkannya, dan hanya ukup dengan dirinya sendiri saja (egois). 2). Merasa ilmunya sudah mapan, untuk kemudian ditransfernya ke orang lain, dan orang tersebut tidak lagi menghiraukan (lalai) dengan kebutuhan ilmu bagi dirinya sendiri (baca: tidak belajar), akibatnya ilmunya menjadi berhenti dan hanya berkutat pada ilmu yang dimilikinya saja. 3). dll.

* Bagaimana angkuh membakar orang lain melalui diri yang dikuasainya?

Ketika seseorang dikuasi oleh “makhluk” angkuh, maka dia akan melihat apa yang ada di depannya itu seolah serupa dengan apa yang digambarkan oleh “makhluk” angkuh yang ada di dalam dirinya. Orang itu pun tidak mampu melihat kebenaran orang yang ada di depannya. Dalam contoh kasusnya seringkali ditemui dengan beraneka ragam gaya.

Misalnya; 1). Ada seseorang yang menyampaikan gagasannya, kemudian ada yang membantah atau mengkritiknya. Orang yang dikritik tersebut merasa dirinya dihina, lalu emosi, baik emosi yang seketika itu ditumpahkan maupun disimpan (dendam), yang kemudian berusaha menjatuhkan orang yang mengkritik tersebut. Orang yang kecewa karena dikritik itu adalah angkuh. 2). Ada seseorang yang member bantuan, akan tetapi yang diberinya terlihat biasa-biasa saja, tanpa memberikan respon positif balik seperti pujian. Kemudian, pemberi sumbangan itu merasa kecewa dan berlanjut tidak lagi mau membantunya. Orang yang membantu itu adalah angkuh. 3). Ada seseorang yang menyampaikan ilmu (mengajar), namun yang di ajar seperti tidak memperhatikan. Kemudian, dari yang menyampaikan ilmun tersebut, merasa ilmu yang diberikan sia-sia, sehingga membuat sang pengajar kecewa dan memarahinya karena alasan ilmu dan waktu untuk menyampaikan itu tiada guna, atau dengan kata lain, kemarahan si pengajar bukan didasari rasa sayang terhadap yang di ajar melihat belajarnya kurang serius. Guru tersebut adalah angkuh. 4). Seorang guru yang merasa telah memberikan ilmunya, lalu ketika ada murid yang dirasa tidak sopan kepada dirinya, anaknya, atau keluarganya, guru tersebut merasa kecewa. Apalagi hingga guru tersebut emosi karena alasan yang demikian. Jelas guru tersebut adalah angkuh. 5). Ketika ada seorang bos yang merasa dirinya telah memberikan pekerjaan kepada karyawannya, hingga bos tersebut tidak melihat bahwa karyawan itu bekerja karena tenaganya sendiri bukan karena bosnya, lalu bos tersebut memperlakukan karyawannya sebagai orang rendahan, bos tersebut adalah angkuh.

* Bagaimana angkuh membakar alam melalui diri manusia yang dikuasainya?

Ketika seseorang yang dirasuki angkuh “meledak”, maka ia bisa merusak apa saja yang ada dihadapannya. Ia akan melakukan balas dendam apabila merasa disakiti, hingga kemudian melakukan perusakan yang besar.

Misalnya, 1). Ada seorang karyawan, yang suatu ketika dia tidak merasa dihargai oleh bosnya, lalu melakukan pembakaran. Atau seperti yang terjadi di suatu daerah pada tahun 1998, yang mana ada seorang karyawan suatu toko, karena diperlakukan secara keji oleh bosnya, lalu mengorganisir orang-orang, hingga kemudian meletuslah gerakan masyarakat yang cukup keras. Akibatnya, reformasi dibayar dengan harga yang tidak murah. Karyawan tersebut adalah angkuh. 2). Ada seseorang, yang mempunyai uang dan membeli hutan, lalu dia tebang semua tanaman yang berada di atas hutan tersebut dengan tidak mempedulikan bahaya besarnya, padahal sudah mengetahuinya, maka orang tersebut angkuh. 3). Serta contoh-contoh yang lainnya.

2. Dampak keangkuhan kolektif

Keangkuhan kolektif, dampaknya jauh lebih dahsyat daripada keangkuhan personal, karena keangkuhan kolektif lebih terkoordinir, lebih rapi, bisa bermuka delapan sekaligus (8 in 1): senang, sedih, terlihat ramah, terlihat sinis, terlihat berani, bermuka takut, terlihat bijak, terlihat arogan. Ini juga melihat, undang-undang atau peraturan adalah sekumpulan nilai. Apabila saya menganalogikakan, undang-undang atau peraturan itu seperti sebuah pisau. Pisau apabila yang menggunakan adalah penjahat, maka pisau itu akan digunakan untuk membunuh, akan tetapi apabila yang memakainya adalah tukang masak maka akan difungsikan selayaknya pisau untuk membantu meringankan beban kerjanya dalam mengolah masakan. Melalui analogi ini, maka undang-undang, apabila “operator”-nya, yaitu pihak yang berkaitan dengan itu, menjadikannya sebagai alat untuk “membunuh” (menjatuhkan) orang yang benar, tentu mudah saja, dan begitu sebaliknya apabila difungsikan untuk membebaskan orang yang tidak bersalah itu juga tidak sulit. Semua itu, tinggal bagaimana “operator”-nya menggunakannya.

* Angkuh membakar diri institusi yang dikuasainya.

Keangkuhan kolektif, bahayanya bisa membakar pada institusi itu sendiri, baik yang akan langsung dirasakan ataukah terdapat jeda.

Misalnya: 1). Ada sebuah institusi, yang dalam menjalankan operasional kerjanya tidak melihat komentar/ pendapat orang/institusi di luar institusinya, kemudian ia melakuka

* Angkuh membakar orang lain / institusi lain melalui institusi yang dikuasainya?

Keangkuhan kolektif, bahaya yang ditimbulkan ke luar sangat dahsyat. Misalnya: 1). Seorang guru/dosen yang tidak memahami pengertian variable perubahan pada diri siswa secara khusus, dan manusia pada umumnya, sehingga memberikan penilaian tanpa diikuti sense of humanity(nurani) dan lebih mengedepankan aspek kaku kurikulum. Memahami peraturan yang demikian sebagai harga mati, sehingga tidak dimasuki wilayah kebijaksanaan. Akibatnya, siswa menjadi terhambat dalam studinya. Parahnya lagi, siswa mengalami depresi, yang akibatnya pendidikan yang diharapkan mampu memberikan pendewasaan baginya justru sebaliknya, siswa menjadi semakin malas dan mutung (keluar) sekolah atau semangat belajarnya mengalami degradasi. 2). Seorang oknum polisi lalu lintas, yang tatkala ia menunaikan tanggungjawabnya sebagai polisi. Polisi tersebut menemukan sebuah kasus pelanggaran lalulintas, lalu ia menilang atau meminta denda di atas tangan. Polisi tersebut mengetahui apabila dia tidak memiliki apa-apa. Namun, dengan alasan undang-undang, polisi tersebut tetap meminta denda. 3). Bagaimana Bagaimana Century yang telah menelan dana dengan jumlah yang tidak sedikit, dengan tidak adanya transparansi baik proses pengucuran maupun pengalokasiannya, maka Century dan pihak yang bertanggungjawab atas itu adalah angkuh. 4). Bagaimana keadilan untuk pencuri buah kakao (coklat) di Purworejo, pencuri setandan pisang, maka pengadilan adalah angkuh. 5). dll. Contoh keempatnya itu, guru, polisi, birokrasi atas Century, pengadilan, dinamakan keangkuhan formalistik (keangkuhan berjubah aturan formal).

* Angkuh membakar alam melalui institusi yang dikuasainya?

Institusi yang angkuh juga memiliki kadar bahaya keluar yang sangat besar, dan lebih berbahaya daripada keangkuhan personal.

Misalnya: 1). Bagaimana tragedi lumpur lapindo. Tanpa terlepas dari bagaimana peristiwa tersebut, dengan belum dituntaskannya tanggungjawab Lapindo kepada rakyat yang terkena, maka Lapindo adalah angkuh. Dan seterusnya….

***

Ringkasan: Keangkuhan membuat pelaku (baik personal ataupun golongan) yang berakal menjadi idiot, semaunya sendiri, yang waras pun menjadi gila, mengubah peran dan fungsi peraturan melalui kekuasaannya, lebih menitik beratkan pada pelaksanaan aturan daripada tujuan dari aturannya, dan juga menjadikan birokrasi justru mempersulit pihak yang ditanganinya, bukannya mempermudah sebagaimana tujuan dari birokrasi, dan lain-lainnya.

*******0_0*******

Nb:

DR. Agus dwi Handoko, Lc., M. Hum. dan Habib Muhammad Syarif Yahya Al_Husni (Lokasi di cafe Inyong, dekat Fak. Tekhnik UGM)

DR. Agus Dwi Handoko, Lc., M. Hum. dan Habib Muhammad Syarif Yahya Al_Husni (Lokasi di cafe Inyong, dekat Fak. Tekhnik UGM)

Tulisan ini saya torehkan setelah membaca tulisan kakak saya, silahkan klik di sini,Habib Muhammad Syarif Yahya Al_Husni, dengan judul tulisan, “Inilah Egoisme” (dipublikasikan di kompasiana pada 27 Juni 2010 | 18:21) dan membaca tulisan kompasioner Erlinda Sukmasari Wasitoyang yang berjudul, “Ketidakadilan Guru” (dipublikasikan di kompasiana pada 28 Juni 2010 | 21:26).

Setelah membaca tulisan tersebut, saya teringat dengan sahabat sekaligus kakak saya yang saya cintai dan saya hormati, DR. H. Agus Dwi Handoko, Lc., M.Hum., dan Habib Muhammad Syarif Yahya Al_Husni, yang beberapa tahun ini senantiasa mendampingi, memberikan banyak hal baik yang terkait dengan keilmuan, wawasan, serta dorongan hati agar senantiasa memberikan manfaat kepada siapapun dan di manapun. Saya banyak diajari bagaimana harus bertindak, arti sebuah kejujuran, ketulusan, kebersamaan, dan hal lain yang terlalu panjang apabila disebutkan satu persatu.

Saya menyanjung keduanya, mengingat betapa riskan diri ini yang sering terbuai dengan ragam perilaku yang tidak selayaknya saya lakukan, namun keduanya memberikan seutas benang yang dicoba dirajutkan pada diri yang retak ini dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.

Sikap saya yang terkadang manja dan kekanak-kanakan, namun itu tidak membuatnya kecewa dan marah, melainkan justru diterimanya sebagaimana seorang kakak yang bijaksana menghadapi adiknya.

Saya teringat, ketika saya baru saja pulang sehabis mengisi sebuah seminar, kemudian bertemu dengan keduanya. Saat saya di seminar, saya seolah seorang pembicara yang “ulung” di hadapan khalayak, namun begitu di depan keduanya, saya diperlakukan selayaknya seorang adik yang membutuhkan kasih sayang seorang kakak. Saya diberi dorongan, diberi wawasan, hingga hal-hal yang tidak mampu saya selesaikan dengan penuh ketulusan dan total dibantu olehnya. Hampir setiap bertemu, kekurangan saya yang bisa dipenuhi oleh kedua kakak saya, selalu diisinya. Cara membantunya pun, saya merasa sangat indah, karena keduanya tidak pernah menggurui saya, tidak pernah menyampaikan dengan cara yang seolah mengarahkan, apalagi dengan cara yang kasar. Keduanya terasa bijaksana.

Terakhir, ini bukanlah sebuah curhatan hati saya, namun sebagai hadiah untuk diri saya sendiri atas semua ini. Saya menuangkan di sini bermaksud supaya bisa dipetik hikmahnya oleh diri saya sendiri. Pun manakala ada yang mebaca tulisan ini selain saya, semoga juga demikian.

***

Terimakasih….

*

Salam aktif dan kreatif,,,,

Wahyu NH. Al_Aly

lagi rapat

lagi rapat
seksi acara

Camp Forisgab 2010

Camp Forisgab 2010
di Benda Baru (BB)

apakah isis blog ini menarik?

Diberdayakan oleh Blogger.